Indonesia Archipelago National Network - IANNnews.com

Entertainment



Misteri Bungker Rumah Laweyan

Jumat,2014-08-08,09:00:09
Masjid Laweyan Solo.
(IANnews.id) Jakarta - Entah mengapa saya belum puas menikmati kehebatan rumah-rumah saudagar batik di tiap jengkal tanah Laweyan. Tapi, akhirnya kepuasan itu sedikit terobati saat Eko, penduduk yang menemani kami blusukan Laweyan, mengajak berkunjung ke salah satu rumah milik sesepuh di sana.
 
Rumah itu dihuni Harun Mursyid (60 tahun). Lokasinya berada di Jalan 3 Negeri, Kampung Sentono, Laweyan. Rumahnya begitu sederhana. Model rumah yang dibangun dengan pendopo-pendopo di muka dengan atap limasan. Sekilas, tak jauh berbeda dengan konsep rumah Jawa lainnya di Laweyan. Rumah itu sudah sedikit kusam karena memang diakui sang pemilik tak ada anggaran untuk perbaikan.
 
Rumah Harun Mursyid menyisakan sisa aktivitas rumah industri batik yang tangguh. Di beberapa ruangan di lahan seluas 500 meter persegi, tersisa coreng-coreng hitam di beberapa pilar yang dibuat paten dari kayu jati. "Hitam itu bekas lilin malam yang mengepul ke udara," ujarnya.
 
Bukan soal arsitektur rumah atau sisa kejayaan batik yang membuat rumah ini begitu menarik. Sebab, dalam catatan penelusuran beberapa kelompok peneliti di Laweyan, rumah ini memiliki bungker, lorong bawah tanah yang masih penuh spekulasi akan kegunaannya.
 
Harun mengajak kami menuju kamarnya. Di balik meja bundar penerima tamu, di situlah letak lorong misterius tersebut. Sejenak, meja kayu itu diangkat, papan kayu terlihat menutup lubang berdiameter satu meter.
 
Lorong gelap dengan kedalaman lima meter, dibuat anak tangga dengan fondasi dari bata merah dan semen. Harun mempersilakan untuk masuk dengan modal senter yang dipinjamkannya. Di dasar bungker, terdapat ruangan seluas 4 x 4 meter.
 
Keberadaan bungker masih menyimpan misteri akan fungsinya. Ada berbagai macam dugaan, pertama, bungker digunakan sebagai tempat penyimpanan harta. Ada juga beberapa anggapan bahwa bungker itu awalnya merupakan jalan bawah tanah yang menghubungkan rumah itu dengan tepian Bandar Kabanaran yang memang tak jauh dari lokasinya.
 
"Rumah orang-orang terdahulu. Bekas rumah yang dibangun dalam rentang waktu 1537-1587," ungkap Harun. Lebih jauh, kata dia, rumah yang ditinggalinya itu merupakan rumah bekas kediaman Bei Kaertoyudho, salah satu penggawa Kerajaan Pajang pada era Hadiwijoyo, bernama kecil Karebet, berjuluk Jaka Tingkir.
Lihat Juga Lowongan Kerja Terbaru:
jobs-to-success
GFS
REAFO
REAFO