News Update
- Bali Mau Dibuka, Sandiaga Tampung Usulan Pelaku Wisata
- Potret Jembatan Kaca Tak Biasa di China
- Kota Ini Lekat dengan Tukang Sayur Bermotor CBR-Ninja 250
- Ini Cara Perbaiki Kualitas Tidur Tanpa Konsumsi Obat
- 5 Makanan dan Minuman yang Tak Disarankan untuk Pengidap Bipolar
- Unik, Ada Masjid Full Color di Tengah Perkampungan Garut
- Melihat Mesin Pencetak Uang Kuno di Galeri Museum Peruri
- Bangkit Lagi, Hotel Bandung dan Saung Angklung Udjo Lakukan Kolaborasi
Pialang sedang mengamati pergerakan saham di Tokyo Stock Exchange
(IANnews.id) (IANNnews) Jakarta - Indeks di pasar-pasar saham utama Asia bersiap pada aksi jual saham pada perdagangan Jumat 14 Maret 2014, menyusul sebagian besar saham di Bursa Wall Street ditutup anjlok.
Seperti diberitakan CNBC, selain ketegangan Ukraina yang makin meninggi. Sentimen negatif lain yakni munculnya tanda-tanda perlambatan ekonomi China.
Negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu baru-baru saja merilis penjualan ritel pada Februari yang melemah dari perkiraan sebelumnya, sehingga memicu kekhawatiran terkait kesehatan ekonomi China.
Indeks acuan di bursa Australia, S&P ASX 200 melemah 1 persen, terbebani oleh anjloknya saham-saham perusahaan tambang. Saham Rio Tinto merosot 3 persen, sementara saham BHP Billiton menurun 2 persen.
Sementara itu, perdagangan bursa berjangka Jepang diperkirakan akan memperpanjang kerugian pada penutupan perdagangan Kamis. Nikkei berjangka di Osaka diperdagangan di level 14.370, sedangkan di Chicago diperdagangan pada level 14.360, lebih rendah dari penutupan indeks acuan bursa Jepang, Nikkei di level 14.815.
Pada penutupan perdagangan Kamis waktu New York, indeks Dow Jones Industrial Average sempat turun 255 poin dan ditutup anjlok 231,19 poin (1,4 persen) di level 16.108,89. Saham Pfizer memimpin penurunan dari semua saham blue-chip.
Sementara itu, indeks S & P 500 melemah 21,86 poin (1,2 persen) di level 1.846,34. Sedangkan indeks Nasdaq turun 62,91 poin (1,5 persen) ke level 4.260,42.
Investor Asia diperkirakan akan memfokuskan pada Bank of Japan yang akan merilis risalah kebijakan setelah pertemuan pembahasan kebijakan pada Februari. India juga akan merilis indeks harga grosir (WPI) untuk Februari.
Seperti diberitakan CNBC, selain ketegangan Ukraina yang makin meninggi. Sentimen negatif lain yakni munculnya tanda-tanda perlambatan ekonomi China.
Negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu baru-baru saja merilis penjualan ritel pada Februari yang melemah dari perkiraan sebelumnya, sehingga memicu kekhawatiran terkait kesehatan ekonomi China.
Indeks acuan di bursa Australia, S&P ASX 200 melemah 1 persen, terbebani oleh anjloknya saham-saham perusahaan tambang. Saham Rio Tinto merosot 3 persen, sementara saham BHP Billiton menurun 2 persen.
Sementara itu, perdagangan bursa berjangka Jepang diperkirakan akan memperpanjang kerugian pada penutupan perdagangan Kamis. Nikkei berjangka di Osaka diperdagangan di level 14.370, sedangkan di Chicago diperdagangan pada level 14.360, lebih rendah dari penutupan indeks acuan bursa Jepang, Nikkei di level 14.815.
Pada penutupan perdagangan Kamis waktu New York, indeks Dow Jones Industrial Average sempat turun 255 poin dan ditutup anjlok 231,19 poin (1,4 persen) di level 16.108,89. Saham Pfizer memimpin penurunan dari semua saham blue-chip.
Sementara itu, indeks S & P 500 melemah 21,86 poin (1,2 persen) di level 1.846,34. Sedangkan indeks Nasdaq turun 62,91 poin (1,5 persen) ke level 4.260,42.
Investor Asia diperkirakan akan memfokuskan pada Bank of Japan yang akan merilis risalah kebijakan setelah pertemuan pembahasan kebijakan pada Februari. India juga akan merilis indeks harga grosir (WPI) untuk Februari.
- 1Menteri Koperasi dan UKM: KUR Rp 25 Juta tanpa Agunan
- 2BI: tekanan "administered prices" picu inflasi April
- 3Jasa keuangan ilegal marak, OJK perkuat Satgas Waspada Investasi
- 4Kunjungan Raja Salman, Pertamina Tawarkan Suplai Avtur ke Arab Saudi
- 5Harga minyak dunia bervariasi di perdagangan Asia
- 6Harga emas berjangka turun tajam